Berikut kisah penaklukannya...
Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad II bersama gurunya Syeikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 250.000 ribu pasukan dan meriam -teknologi baru pada saat itu- Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.
Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang. Constantine menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovani Giustiniani dari Genoa.
Constantine XI
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur''an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ''Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.
Tibalah hari pembebasan itu, di jarak 1,5 km
dari benteng, Sultan memberhentikan pasukannya. Mereka mengadakan shalat
Jumat dan meminta kepada Allah agar kemudahan senantiasa dialirkan
untuk menaklukkan benteng tersebut. Sejarah mencatat ini adalah shalat
Jumat terpanjang karena terbentang 4 km dari Pantai Marmara hingga Selat
Golden Horn di utara. Saking dekatnya jarak antara tenda-tenda yang
didirikan pasukan dengan benteng, penduduk kota bahkan bisa mendengar
para pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih berdentingan membuat pedang,
menggali tanah untuk pertahanan, membaca Al-Qur’an, dan melafal doa-doa.
Dua hari pertama gempuran pasukan Sultan Muhammad
Al-Fatih dapat dengan mudah dipatahkan. Benteng Konstantinopel yang teramat tangguh itu memang
tak mudah untuk ditaklukan. Beliaupun meenggunakn strategi lain, Meriam besar dan meriam kecil dipasang di lima belas titik dengan
setiap titiknya terdiri atas paduan lima meriam besar dan kecil.
Sepanjang hayat penyerangan yang dilakukan terhadap Konstantinopel,
serangan menggunakan meriam sebanyak dan sesolid ini baru terjadi
sekarang. Selama satu pekan, tembok sepanjang 7,5 km itu dibombardir
terus-menerus siang dan malam tanpa henti. Benteng dan moral hendak
dihancurkan Sultan. Legenda 1.300 tahun bahwa benteng itu tak tertembus
harus bisa dipecahkan rekornya sekarang.
Bombardir terus dilancarkan dan pasukan berhasil
membuat lubang cukup besar di dekat Gerbang St.Romanus. 18 April, dua
jam setelah azan dan shalat Magrib dilaksanakan berjamaah, Sultan
memerintahkan penyerbuan besar-besaran. Terompet, drum, dan simbal
dibunyikan memenuhi udara untuk meningkatkan moral pasukan beriring
teriakan takbir. Penyerbuan dilakukan. Akan tetapi, kali ini juga mampu
ditahan. Pasukan Sultan kalah. Benteng memang sudah berkurang
ketahanannya. Namun, untuk ditembus dan merangsek ke dalam kota, itu
masih terlalu jauh. Peta Konstantinopel digelar. Di sekelilingnya telah
berkumpul komandang perang, penasihat perang, dan semua ahli taktik
Utsmani. Semua berpadu agar kemenangan berpihak kepada kaum muslimin.
Menanggapi rantai besar yang terhampar di laut yang memang digunakan
untuk menghalangi pasukan laut Muhammad mendekati benteng, sang sultan
menegaskan, ”Bila kita tak dapat memutuskan rantai itu, kita akan
melewatinya!”
Lalu, terpikirlah ide cerdas sultan. Mereka mengangkat kapal-kapal dari
Double Coloumns di Selat Bosphorus melewati daratan Galata menuju Valley
of Springs di Teluk Tanduk Emas agar bisa melewati rantai raksasa
tersebut. Mustahil? Sangat! Akan tetapi, tekad sudah dicanangkan.
Pembebasan Konstantinopel harus segera diselesaikan. Sekarang atau tidak
sama sekali!
Dimulailah proyek ’gila’ itu. Kapal-kapal tersebut
terus bergerak, membelah bukit dengan ketinggian rata-rata 60 meter di
atas permukaan laut. Ratusan sapi jantan dikerahkan untuk menarik
kapal-kapal Utsmani dan ratusan laki-laki membantu mengarahkan serta
menariknya dengan tali-tali yang diikatkan pada tubuh mereka. Hebatnya,
72 kapal itu sukses melewati bukit tersebut hanya dalam waktu satu
malam.
Seluruh pasukan Konstantinopel terkejut. Hamparan
rantai besar yang mengadang itu berhasil dilewati dengan memindahkan
kapal-kapal lewat bukit, strategi yang sangat jauh dari prediksi terliar
mereka sekalipun. Sebelum habis ketercengangan mereka, kini di hadapan
mereka sudah berjajar kapal-kapal Utsmani yang siap menyerbu dari semua
sisi benteng. Perencanaan serangan pamungkas pun digelar. Semua
dewan pertimbangan dikumpulkan. Impian tujuh turunan keluarga Utsman dan
825 tahun mimpi kaum muslimin harus segera diwujudkan.
Takbir bersahutan. Kunci kemenangan bukan pada
lengkapnya persenjataan dan jumlah pasukan, tetapi pada ketaatan kepada
Allah dan terjauhnya diri dari kemaksiatan. Seluruh pasukan Sultan
Muhammad sadar akan hal itu.
Pukul satu dini hari adalah langkah awal berakhirnya
pengepungan dan serangan umum mulai dilancarkan. Serangan penghabisan.
Menang atau kalah. Sekarang atau tidak sama sekali! Empat jam serangan
dilancarkan, benteng tak jua berhasil ditaklukkan. Setiap serangan
selalu termentahkan. Ribuan pasukan mulai kendor lagi semangatnya.
Jumlahnya mulai berkurang karena banyak yang syahid. Sultan kebingungan. Pasukan Janissari sebanyak tujuh
ribu yang menjadi pasukan andalannya adalah strategi terakhirnya. Harus
dikerahkan sekarang atau tidak. Sebab, mereka adalah pasukan yang
sangat terlatih, baik fisik maupun spiritualnya, memiliki kedisiplinan
terbaik dan hanya takut kepada Allah. Lalu, diperintahkannyalah pasukan
Janissari untuk menyerbu. Pasukan tersebut berhasil menekan pertahanan.
Ditambah lagi, bendera Utsmani berhasil dikibarkan menggantikan bendera
St. Mark di sisi lain benteng. Itu adalah awal dari ciutnya nyali
pasukan Konstantinopel. Kota telah jatuh! Begitu pikir mereka.
Gempuran meriam makin digencarkan untuk melantakkan
benteng. Gerbang St. Romanus pun dapat dijebol pasukan Janissari dan
mereka menancapkan bendera Utsmani di sana. Bakda itu, 30.000 pasukan
muslim telah berada di dalam kota. Kemudian, satu per satu gerbang
dibuka dari dalam dan di satu per satu menara ditancapkan bendera
Utsmani yang berkibar di atasnya, berwarna merah dan hijau dengan bulan
sabit berwarna emas. Terikan-teriakan, ”Kota telah jatuh, kota telah
jatuh!” mulai terdengar bersahutan dari mulut kaum muslimin yang sedari
tadi melantunkan takbir keras-keras.
Hari itu
Byzantium berakhir. Konstantinopel tertaklukkan. Era baru Islam mulai
hadir. Muhammad kemudian tergelari Al-Fatih yang bermakna Sang Penakluk
Konstantinopel. Usianya baru 21 tahun lewat 2 bulan.
Ya, umurnya beliau memang masih sangat muda, bahkan terlalu muda. Namun,
Muhammad Al-Fatih telah mampu mewujudkan mimpi selama 825 tahun, sosok pemimpin yang taat sholeh, cerdas dan bijaksana, seperti itulah seharusnya kita sebagai generasi muda, ayo kita belajar dari beliau, janagn hanya memikirkan dunia, cinta dan semua hal yang sia sia, ayo mulai dari sekarang kita perbaiki diri, terus berkarya melakuakn kebaikan dan hal hebat nan bermanfaat, semangat berkarya kawan selagi muda.
Menyiapkan semua dengan tepat, penuh strategi, dan cepat untuk wujudkan mimpi dan cita2, semangat kawan!!!